Translate

Monday, May 29, 2017

MAKALAH KIMIA ANALITIK PEMISAHAN DENGAN CARA KROMATOGRAFI

MAKALAH KIMIA ANALITIK
PEMISAHAN DENGAN CARA KROMATOGRAFI







ASISTEN DOSEN :
OKI DAHWANU, S.TP


KELOMPOK 2 SHIFT 1 THP GENAP

                                 RUMAISHO                       J1A116008
                                 ANDRI TRI MADANI      J1A116040
                                 ISMANTO                          J1A116042
                                 JUFRIADI                          J1A116052
                                 MOHD FAUZAN               J1A116056



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya yang berjudul “PEMISAHAN DENGAN CARA KROMATOGRAFI”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum kimia analitik. Dengan terselesaikannya karya tulis ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap makalah yang telah dibuat ini bisa bermanfaat serta menambah pengetahuan pembaca.
Pondok Meja, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 6
1.3. Tujuan........................................................................................................... 7
BAB II ISI
2.1. Definisi Kromatografi................................................................................. 8
2.2. Kromatografi Kertas.................................................................................... 8
2.3. Aplikasi Kromatografi Kertas.................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... ..18


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengantar kromatografi Sejarah dan perkembangan kromatografi Teknik pemisahan yang sebenarnya dapat dikatagorikan teknik kromatografi adalah pada waktu Runge, F.F. (1834-1843) melakukan spot test campuran zat warna dari ekstrak tumbuh-tumbuhan pada pita kain dan atau kertas. Pada tahun 1850 ia memisahakan larutan garam dengan kertas. Selanjutnya Goppel sroeder, F (1868) menganalisis zat warna, hidrokarbon, alkohol-alkohol, beer, milk pada minuman dan air minum menggunakan kertas.
Sedangkan peneliti Schobeinc menggunakan pita kertas untuk memeriksa cairan. Baru kemudian Day D.T. (1897-1903) menggunakan kolom yang diisi serbuk tanah untuk pemisahan. Namun yang populer adalah kimiawan Rusia, Mikhail Tswett (1906-1907) telah berhasil memisahkan pigment kloroplast dengan fase diam CaCO3 dan petroleum eter sebagai fase gerak. Mulai saat itu konsep kromatografi lebih jelas. Kromatografi diturunkan dari bahasa greek, iaitu chromato (warna) dan grafe (tulisan) yang berarti penulisan dengan warna (writing with colors).
Kemudian diikuti beberapa peneliti misalnya: Wilson, J.N. (1940) mempelajari tentang teori pada kromatografi kertas. Tiselius, A (1941) pemenang hadiah nobel atas penemuannya mengenai analisis adsorpsi dan elektroforesis. Martin, A.J.P. dan Synge, R.L.M.(1941) mengajukan pertama kali model yang menjelaskan efesiensi kolom dan mengembangkan kromatografi cair dan berhasil mendapatkan hadiah Nobel tahun 1952. Masih banyak lagi peneliti lain untuk disebut satu persatu, namun yang perlu diingat adalah Van Deemter, JJ dkk yang mengembangkan teori kecepatan dengan menyederhanakan hasil kerja Lapidus dan Ammundson pada fungsi distribusi Gauss. Dari perkembangannya nama kromatografi tidak sesuai lagi karena sekarang tidak hanya dilakukan pemisahan pada campuran senyawa berwarna saja. Dasar  pemisahan kromatografi  adalah perbedaan kecepatan migrasi komponen (senyawa-senyawa) yang dibawa oleh fasa gerak (mobile phase) dan ditahan secara selektif oleh fasa diam (stationary phase). Metode pemisahan ini sangat dikenal di laboratorium kimia karena dasar pemikiran yang sederhana dan mudah difahami. Hasil pemisahan yang dikehendaki tergantung untuk keperluannya, sehingga dapat dipilih teknik kromatografi yang sesuai, dari yang sederhana hingga yang sangat rumit.
Hampir semua senyawa kimia dapat dipisahkan dengan metode kromatografi dari molekul yang mempunyai berat molekul besar hingga yang kecil. Perkembangan yang kemudian adalah mampu memisahkan senyawa- senyawa sterio isomer. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan memanipulasi sifat kimia-fisika dari molekul yaitu:
1. Kecenderungan molekul larut dalam cairan, hubungannya dengan kelarutan senyawa dalam dua fase cairan dan konsep Like dissolves like. Hubungan ini tidak lepas dengan pengertian polaritas senyawa.
2.  Kecenderungan molekul untuk berinteraksi dengan molekul fase gerak ataupun fase diam. Interaksi ini dapat melibatkan terjadinya ikatan hydrogen (adsorpsi), proses filtrasi atau permeasi, dan terjadinya interaksi ionik.
3. Kecenderungan molekul untuk mudah menguap. Kemudahan molekul menguap tergantung dari sifat fisika-kimia, apakah itu ikatan kimia, bobot molekul dan lain-lain. Perbedaan volatilitas ini digunakan sebagai dasar pemisahan pada kromatografi gas.
Penggolongan kromatografi Atas dasar mekanisme pemisahan:
1. kromatografi serapan (absorption chromatography)
2. kromatografi partisi (partition chromatography)
3. kromatografi eksklusi (exclusion chromatography)
4. kromatografi penukar ion (ion exchange chromatography)
Atas dasar (wujud) fase gerak:
1. kromatografi gas (fase geraknya adalah gas)
2. kromatografi cair (fase geraknya adalah zat cair)
Atas dasar bentuk atau bahan fase diam:
1. Kromatografi planar
a. kromatografi lapis tipis
b. kromatografi kertas
c. kromatotorn
2. Kromatografi kolom
a. kolom terbuka
b. kromatografi gas
c. kromatografi cair kinerja tinggi
Atas dasar cara mengalirkan fase gerak:
1. vacuum column chromatography
2. flash column chromatography
3. gravity column chromatography
4. high pressure liquid chromatography
Penamaan pada umumnya didasarkan keadaan fase gerak dan fase diamnya, misalnya GLC  = gas liquid chromatography (KGC) GSC = gas solid chromatography (KGP) LLC  = liquid liquid chromatography (KCC) LSC  = liquid solid chromatography (KCP) 
Definisi istilah Sampel atau cuplikan : senyawa atau campuran senyawa yang larut dalam fase gerak. Senyawa yang larut dalam cairan fase gerak disebut linarut atau solute. Fase diam : dapat berbentuk cairan atau padat, berfungsi menghambat migrasi linarut. Fase gerak : dapat berbentuk cairan atau gas yang berfungsi membawa linarut menelusuri fase diam. Fase pendukung : bahan padat netral terhadap linarut, berfungsi menahan fase diam supaya berfungsi sesuai yang dikehendaki. Elusi : proses awal hingga selesai digerakkan linarut oleh fase gerak menelusuri fase diam. Visualisasi : proses mendeteksi hasil pemisahan baik langsung dengan mata atau melalui tahapan perlakuan terhadap hasil pemisahan tsb.Misalnya dengan sinar ultra lembayung ataupun dengan dengan reagen pewarna. 
Mekanisme Pemisahan Molekul polar dan non-polar Sebelum membicarakan mekanisme pemisahan perlu difahami pengertian senyawa yang bersifat polar dan non polar. Untuk lebih mudahnya diambil contoh H2O, air tersusun dari 2 atom hydrogen dan 1 atom oksigen. Ikatan antara H dan O adalah kovalen. Bila ditarik garis dari atom H ke O akan terbentuk dua garis lurus yang bertemu di atom O dengan sudut 104,5 °C.
Maka bentuk molekul air tidak merupakan garis lurus, Diingat bahwa atom O adalah atom yang mempunyai sifat elektronegatif, yaitu atom yang mempunyai kemampuan menarik electron lebih kuat. Seperti halnya atom F, Cl, Br dan I. Dalam hal ini pasangan elektron ikatan tertarik kearah atom O, maka ada 2 gaya dari H ke O yang tidak saling menghilangkan, tetapi dihasilkan resultant yang merupakan momen dipole dari senyawa H2O. Jadi dengan demikian ada muatan positif dan negatif atau muatan terkutub dalam molekul air, oleh karena itu air dinyatakan sebagai senyawa polar. Demikian juga methanol, etanol, aseton dapat dijelaskan seperti tersebut diatas, hanya saja kekuatan momen dipolenya berbeda-beda, sehingga polaritasnyapun berbeda. Bagaimana dengan heksan ? Nah molekul ini tidak mempunyai atom elektronegatif sehingga tidak ada momen dipole yang berarti, dengan demikian senyawa ini bersifat non-polar. Bagaimana dengan CCl4 dan CHCl3.
Konsep like dissolves like Hubungan polaritas suatu senyawa dengan kelarutan dalam cairan menunjukkan bahwa senyawa polar akan larut dalam cairan polar (pelarut), sedangkan senyawa non-polar larut dalam pelarut non-polar. Dengan pendekatan struktur molekul kiranya dapat diketahui polaritas suatu senyawa. Bila dua senyawa perbedaan polaritas demikian jauh maka keduanya saling tidak larut dan bila keduanya berbentuk cairan maka keduanya tidak dapat saling campur (immicible), dan bila dicampur akan ada dua lapisan cairan.
Mekanisme pemisahan secara partisi Mekanisme ini terjadi pada kromatografi yang fase diamnya berbentuk cairan dan fase geraknya berbentuk cairan juga (kromatografi cair-cair). Konsep like dissolves like, interaksi terjadinya ikatan hidrogen juga berlaku disini. Dianalogikan dengan solute terlarut dalam dua cairan (pelarut) yang tidak campur. Solute akan terlarut sebagian pada pelarut yang satu dengan konsentrasi [xjidan sebagian lain terlarut pada pelarut ke dua [x]2. Bila terjadi kesetimbangan distribusi diatara [x]i dan [xk maka mempunyai nilai tetapan partisi (Ka), nilai K tetap pada temperature tetap. Hukum Nernst.   
[X]1 ---------= Kd [X]2  
Jika suatu solute mempunyai Ka = 1, pada pelarut A (fase A)/ pelarut B (fase B). Sebanyak 1000 bagian solute terlarut dalam fase A kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya dimasukkan fase B volume sama dengan volume fase A. Campuran digojok hingga terjadi kesetimbangan. Karena K = 1, maka 500 bagian solute berada di fase A dan 500 bagian yang lain berada di fase B. Selanjutnya campuran ini kita pindahkan ke tabung pertama pada alat ekstraksi counter current dari Craig. Proses ekstraksi dilanjutkan dengan selalu menambah pelarut baru (fresh solvent) setelah terjadi kesetimbangan diantara kedua fase, fase atas dipindahkan ke no tabung berikutnya yang sudah berisi fase bawah. Demikian seterusnya, maka suatu saat solute akan terbawa terdistribusi ke nomor-nomor tabung lebih besar dan tidak terdapat dalam tabung pertama lagi. Demikian dapat dijelaskan bagaimana solute dapat terbawa oleh fase gerak berpindah ke nomor tabung lebih besar. Bagaimana bila ada tiga solute yang mempunyai nilai Kd berbeda (misal: Kd1=0,2; Kd2=1,0; Kd3=5) semua terlarut pada tabung pertama alat ekstraksi counter current dari Craig ? Maka solute yang mempunyai nilai Ka terbesar (solute dengan Kd 3) akan lebih cepat meninggalkan tabling pertama diikuti solute dengan Kd 2 dan terakhir dengan Kd 1. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan tetapan partisi (distribusi) antara dua pelarut yang tidak campur (immiscible) 
Mekanisme pemisahan secara adsorpsi Mekanisme ini terjadi pada kromatografi dengan fase diam berbentuk padat, sedangkan fase gerak dapat berbentuk cairan atau gas. Interaksi antara linarut, fase diam dan fase gerak adalah terjadinya ikatan hidrogen. Sebagai misal kita ambil contoh fase diam yang banyak digunakan adalah silika gel. Di permukaan silikagel terdapat ujung-ujung gugus OH (OH bebas). Gugus inilah yang menyebabkan silika gel bersifat polar. Bila ada senyawa polar (mempunyai gugus OH, C=O atau adanya atom dengan pasangan elektron bebas) maka akan terjadi ikatan hidroden antara molekul linarut dengan OH fase diam. Selain interaksi itu ada juga interaksi terbentuknya ikatan hidrogen antara molekul fase gerak dengan linarut dan antara malekul fase gerak dengan fase diam. Jika interaksi fase diam dengan linarut lebih kuat dibandingkan interaksi yang lain, maka fase diam tersebut tertahan (teradsorpsi) lebih lama pada fase diam. Sebaliknya jika interaksi fase gerak dengan molekul linarut lebih kuat maka linarut tersebut mudah terelusi. Maka terjadi persaingan mana lebih kuat ikatan hidrogen yang terjadi antara molekul linarut dengan fase diam atau linarut dengan fase gerak, karena perbedaan afinitas dengan fase diam inilah senyawa- senyawa dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Perbedaan affinitas molekul-molekul linarut dengan fase diam inilah dasar mekanisme adsorpsi. 
Mekanisme pemisahan secara eksklusi Mekanisme ini juga disebut pemisahan secara jel permeasi. Digunakan fase diam yang inert, oleh karena itu tidak ada interaksi lain misalnya adsorpsi atau partisi. Molekul cuplikan akan berdifusi secara selektif kedalam fase diam yang mempunyai pori-pori dengan ukuran tertentu. Sedangkan molekul yang berukuran besar tidak dapat berdifusi, maka ia akan keluar kolom lebih awal dari pada molekul yang berukuran kecil. Molekul kecil dapat masuk dalam fase diam dan tertahan lebih lama. Fase diam yang digunakan adalah Mekanisme pemisahan secara pertukaran ion Pada awalnya kromatografi dengan mekanisme ini digunakan untuk pemisahan unsur tanah jarang dan berbagai hasil pemecahan pada penelitian energi atom. Kemudian setelah ditemukan dan dikembangkan resina polistirena, penggunaan kromatografi penukar ion dapat mengatasi kesulitan pemisahan pada senyawa biokimia. Kromatografi ini menggunakan fase diam resin bermuatan. Dibedakan dua macam resin yaitu resin penukar an ion dan resin penukar kation. Mekanisme pemisahan dapat di lukiskan sebagai berikut :  
a.  x- + r + y-     r - + r+x-
b. X+ + r – y+     r + + r-x+ 
a. Reaksi penukaran anion
b. Reaksi penukaran kation x adalah ion cuplikan y adalah ion fase gerak r adalah bagian ion fase gerak 
Reaksi diatas menunjukkan bahwa pada kromatografi penukar ion terjadi persaingan antara ion fase gerak dengan ion cuplikan untuk berikatan dengan bagian resin ion. Perbedaan kekuatan interaksi diantara ion cuplikan dengan fase diam resina inilah komponen dapat dipisahkan. Jika senyawa terlarut (cuplikan) berinteraksi kuat dengan bagian ionic resina maka senyawa tersebut ditahan lebih lama didalam kolom, sedangkan senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan bagian ionic resina akan tidak ditahan lama oleh resina maka akan keluar dari kolom lebih cepat.
1.2. Rumusan Masalah
  1. Apakah yang disebut kromatografi?
  2. Bagaimana kromatografi kertas bekerja?
  3. Apa saja aplikasi kromatografi kertas?
1.3. Tujuan
  1. Untuk mengetahui definisi kromatografi
  2. Untuk mengetahui cara kerja kromatografi kertas
  3. Untuk mengetahui aplikasi kromatografi kertas



BAB II
ISI
2.1. Defenisi Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih sederhana. Penggunaan waktu yang singkat terutama, mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
2.2.      Kromatografi Kertas
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Anda mungkin telah menggunakan kromatografi kertas sebagai salah satu hal pertama yang pernah anda kerjakan dalam bidang kimia untuk pemisahan, misalnya campuran dari pewarna-pewarna yang menyusun warna tinta tertentu. Ini merupakan contoh yang mudah, mari memulai dari hal itu. 
Anggaplah anda mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena itu, yang mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-masing tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama. Dalam gambar, pena ditandai 1, 2 dan 3 serta tinta pada pesan ditandai sebagai M. 
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Gambar berikutnya tidak menunjukkan terperinci bagaimana kertas di gantungkan karena terlalu banyak kemungkinan untuk mengerjakannnya dan dapat mengacaukan gambar. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah.
Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.  
Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen- komponen yang berbeda dari campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke atas. 
Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari pena yang ditulis pada pesan yang mengandung pewarna yang sama dengan pena 2. Anda juga dapat melihat bahwa pena 1 mengandung dua campuran berwarna biru yang kemungkinan salah satunya mengandung pewarna tunggal terdapat dalam pena 3. 
a. Nilai Rf (Retordation Factor/ Rate of Flow) 
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat.
Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut: Rf=jarak yang ditempuh oleh senyawa/jarak yang ditempuh oleh pelarut
Misalnya, jika salah satu komponen dari campuran bergerak 9.6 cm dari garis dasar, sedangkan pelarut bergerak sejauh 12.0 cm, jadi Rf untuk komponen itu: 
Dalam contoh kita melihat ada beberapa pena, tidak perlu menghitung nilai Rf karena anda akan membuat perbandingan langsung dengan hanya melihat kromatogram. Anda membuat asumsi bahwa jika anda memiliki dua bercak pada kromatogram akhir dengan warna yang sama dan telah bergerak pada jarak yang sama pada kertas, dua bercak tersebut merupakan senyawa yang hampir sama. Hal ini tidak selalu benar. Anda dapat saja mempunyai senyawa-senyawa berwarna yang sangat mirip dengan nilai Rf yang juga sangat mirip. Kita akan melihat bagaimana anda menemukan masalah itu pada penjelasan selanjutnya.
b.    Bagaimana halnya jika substansi yang anda ingin identifikasi tidak berwarna?
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan membuat bercak menjadi tampak dengan mereaksikannya dengan beberapa pereaksi yang menghasilkan produk yang berwarna. Contoh yang baik yaitu kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. 
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin memisahkan asam amino tertentu yang terdapat dalam campuran. Untuk menyederhanakan, mari berasumsi bahwa anda telah mengetahui kemungkinan campuran hanya mengandung lima asam amino yang umum.
Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui diteteskan disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M, dan asam amino yang telah diketahu ditandai 1 sampai 5.
Posisi pelarut depan ditandai dengan pinsil dan kromatogram lalu dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu. 
Gambar di sebelah kiri menunjukkan kertas setelah dilalui pelarut hampir pada bagian atas kertas. Bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang mungkin tampak setelah penyemprotan ninhidrin. Tidak diperlukan untuk menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandigkan bercak dalam campuran dengan asam amino-asam amino yang telah diketahui berdasarkan posisi dan warnanya. Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino yang diberi tanda 1, 4 dan 5.
Bagaimana jika campuran mengandung asam amino lain selain dari asam amino yang anda gunakan untuk perbandingan? Akan terdapat bercak dalam campuran yang tidak sesuai dari asam amino yang telah diketahu. Anda harus mengulangi percobaan menggunakan asam amino-asam amino sebagai bahan perbandingan.
c. Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa.
Saya akan kembali membicarakan tentang senyawa-senyawa berwarna karena lebih mudah melihat apa yang terjadi. Ada dapat mengerjakannya secara sempurna hal ini dengan senyawa-senyawa yang tidak berwarna - tetapi anda harus menggunakan banyak imajinasi dalam menjelaskan apa yang terjadi !
Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.
Dalam gambar, posisi pelarut ditandai dengan pinsil sebelum kertas kering. Posisi ini ditandai sebagai SF1 yaitu pelarut depan untuk pelarut pertama. Kita akan menggunakan dua pelarut yang berbeda  
Jika anda melihatnya lebih dekat, anda dapat melihat bahwa bercak pusat besar dalam kromatogram sebagian biru dan sebagian hijau. Dua pewarna dalam campuran memiliki nilai Rf yang hampir sama. Tentunya, nilai-nilai ini bisa saja sama, keduanya memiliki warna yang sama; dalam hal ini anda tidak dapat mengatakan bahwa ada satu atau lebih pewarna dalam dalam bercak itu. Apa yang anda kerjakan sekarang adalah menunggu kertas kering seluruhnya, dan putar 90o dan perlakukan kromatogram kembali dengan pelarut yang berbeda. Hal yang sangat tidak dipercaya bahwa dua bercak yang membingungkan akan memiliki nilai Rf dalam pelarut kedua sama halnya dengan pelarut yang pertama, dengan demikian bercak-bercak akan bergerak dengan jumlah yang berbeda. 
Gambar berikutnya menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada berbagai bercak pada kromatogram awal. Posisi pelarut kedua juga ditandai.
Tentunya anda tidak dapat melihat bercak-bercak dalam posisi awal dan akhir; Bercak-bercak telah bergerak! Kromatogram akhir akan tampak seperti ini: 
Kromatografi dua arah secara seluruhnya terpisah dari campuran menjadi empat bercak yang berbeda. 
Jika anda akan mengidentifikasi bercak-bercak dalam campuran, secara jelas anda tidak dapat melaksanakannya dengan perbandingan substansi pada kromatogram yang sama seperti yang kita lihat pada contoh sebelumnya menggunakan pena atau asam amino-asam amino. Anda dapat berakhir dengan kekacauan pada bercak-bercak yang tanpa arti. 
Meskipun demikian, anda dapat bekerja dengan nilai Rf untuk setiap bercak-bercak dalam pelarut-pelarut, dan kemudian membandingkan nilai-nilai yang anda telah ukur dari senyawa yang telah diketahui pada kondisi yang tepat sama. 
d. Bagaimana kromatografi kertas bekerja? 
Meskipun kromatografi kertas sangat mudah pengerjaannya, tetapi sangat sulit dijelaskan apabila membadingkannya dengan kromatografi lapis tipis. Penjelasannya tergantung tingkatan pemilihan pelarut yang anda gunakan, dan beberapa sumber untuk mengatasi masalah secara tuntas. Jika anda telah pernah melakukannya, ini sangat membantu jika anda dapat membaca penjelasan bagaimana kromatografi lapis tipis bekerja. 
e. Struktur dasar kertas 
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa.  
Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas. Sayangnya, hal ini lebih kompleks daripada itu! 
Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, anda dapat berpikir yakni kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.
Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas. 
f. Kromatografi kertas menggunakan pelarut non polar 
Anggaplah anda menggunakan pelarut non polar seperti heksana untuk mengerjakan kromatogram. 
Molekul-molekul polar dalam campuran yang anda coba untuk pisahkan akan memiliki sedikit atraksi untuk molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa, dan karena akan menghabiskan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif tinggi. 
Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak.  
Karena molekul-molekul ini menghabiskan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak, molekul- molekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas. 
Kecenderungan senyawa untuk membagi waktunya antara dua pelarut yang tidak bercampur (misalnya pelarut heksana dan air yang mana tidak bercampur) disebut sebagai partisi. Kromatografi kertas menggunakan pelarut non-polar kemudian menjadi tipe kromatografi partisi.
g. Kromatografi kertas menggunakan air dan pelarut polar lainnya 
Waktu akan mengajarkan anda bahwa partisi tidak dapat dijelaskan jika anda menggunakan air sebagai pelarut untuk campuran anda. Jika anda mempunyai air sebagai fase diam, tidak akan sangat berbeda makna antara jumlah waktu substansi menghabiskan waktu dalam campuran dalam bentuk lainnya. Seluruh substansi seharusnya setimbang kelarutannya (terlarut setimbang) dalam keduanya. 
Namun, kromatogram pertama yang telah anda buat mungkin merupakan tinta menggunakan air sebagai pelarut. 
Jika air bertindak sebagai fase gerak selayaknya menjadi fase diam, akan terdapat perbedaan mekanisme pada mekanisme kerja dan harus setimbang untuk pelarut-pelarut polar seperti alkohol, misalnya. Partisi hanya dapat terjadi antara pelarut yang tidak bercampur satu dengan lainnya. Pelarut-pelarut polar seperti alkohol rendah bercampur dengan air. 
2.3. Aplikasi Kromatografi Kertas
1. Bidang Klinik & Biokimia
A. Pemisahan asam-asam amino dan peptida
B. Pengujian urine dan cairan lainnya.
2. Bidang Analitik & Umum
A. Analisis polimer - Deteksi logam dalam tanah
B. Deteksi senyawa fenolat dalam ekstrak tanaman
C. Pemisahan alkaloida dan flavonoid
D. Pemisahan senyawa-senyawa yang mengandung radioisotop       
Beberapa faktor yang menentukan harga Rf:
1. Pelarut (lihat deret eluotropik eluen) kaĆ­dah like disolved like
Contoh penggunaan pelarut kromatografi kertas 
2. Suhu
3. Teknik Pengembangan:
A. Ascending 
B. Descending
C. Mendatar
4. Ukuran dari bejana
5.  Kertas 


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang telah lebih sederhana.
2.    Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
3. Aplikasi kromatografi kertas yaitu :
a. Bidang Klinik & Biokimia
b. Bidang Analitik & Umum


DAFTAR PUSTAKA
Chem-is-try.org. situs.web kimia Indonesia. Maret 2009
Hardjono, S. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Kealy, D, and Haines, P.J. (2002). Analytical Chemistry. Oxford, UK: BIOS Scientific Publishers Ltd.