Translate

Wednesday, April 5, 2017

Cerpen : Judul "Arti Sebuah Ikatan Saudara"

Ikatan Itu Namanya adalah Saudara


Ketika ada sama di makan, ketika tak ada sama di tahan. Begitulah kebersamaan Ojan, Doni dan Angga. Mereka telah melalui kehidupan bersama semenjak kecil sehingga mereka telah seperti saudara. Doni adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama Kakek dan Bibinya. Sejak umur 10  tahun Ojan di asuh dan tinggal bersama Kakek dan Bibinya Doni. Namun,kedatangan Ojan dicueki oleh Doni. “Ini teman baru mu berbuat baiklah kepadanya, Don” Kata kakek. Doni hanya diam dan meludahi Ojan,”Hey siapa kau” Ojan kesal. Kakek langsung menepuk kepala Ojan “Dia Doni lebih tua 3 tahun darimu, mulai hari ini kalian akan tinggal bersama, jadi baik-baiklah!”. Kakek langsung menyuruh Ojan masuk ke kamar. Ojan pun mengikuti perintah kakek dengan menahan kekesalannya.       

“Sepiring nasi dan segelas air sekali sehari, hanya itu yang bisa kami sediakan, sisanya kau cari sendiri dan kau akan tumbuh, dengan sendirinya!”  kata Bibi. Ojan dengan santai menjawab “Baiklah, bi”. “Baiklah katamu? Seharusnya kau menangis saat mendengar itu!”. “Aku telah sering di suruh kakek untuk bekerja menjual koran, memulung sampah dan menjualnya. Aku yakin bisa hidup mandiri bi! Ojan meyakinkan Bibi. Melihat Doni diluar yang bersiap pergi dengan karung di pundaknya Ojan langsung berlari keluar menghampiri Doni. “oi, namaku Ojan, aku sudah tidak marah lagi dengan ludah itu.” Doni mendengar itupun langsung berlari. Ojan berteriak “Aku tidak marah lagi, Ayo kita berteman!” Doni terus berlari dan mencuekinya. “Kau mau kemana? Teriak Ojan. Ojan pun berlari mengejarnya.

Hari pun telah larut malam , Doni pulang kerumah dengan membawa sedikit uang yang telah ia tukarkan dengan sampah yang diperolehnya. “Kau pulang sendiri? Kemana Ojan? Kalian tidak bersama-sama? Tanya Bibi. “Mana ku tahu” jawab Doni dengan cuek langsung masuk ke kamar. “ Ini hal buruk, jika ojan ditemukan mati di jalan aku akan memberitahu kakek kalau dia mati gara-gara kecelakaan.” Bibi berbicara sendiri.

Tok.tok.tok “Aku pulang!” Ojan dengan lesu membuka pintu. Bibi pun marah kepada Ojan “Kemana saja kau baru pulang?” . “Maaf bi aku tersesat saat berusaha mengejar Doni, ia meninggalkanku” Ojan dengan lesu langsung ke kamar dan tidur. “Hari ini aku terpaksa harus langsung tidur, besok aku akan bekerja keras lagi mengikuti dan membantu Doni” gumam Ojan.

Ke esokan harinya, “Apa hari ini kau akan pergi lagi, Don? Teriak Ojan kepada Doni yang telah siap untuk pergi memulung sampah lagi. “Ajak aku juga ya, Ayo kita berteman!” Doni hanya mencueki Ojan dan berlari dengan cepat. “ Hey Tunggu aku” teriak Ojan. “Hari ini aku tidak akan kehilangan jejakmu lagi”. Bibi yang melihatnya pun langsung berteriak kepada Ojan, “Hei ojan! Kau harus melakukan pekerjaan untukku!” . Ojan terus berlari dengan cepat tidak menghiraukan lagi perkataan bibi. Ia tidak ingin kehilangan jejak Doni untuk kedua kalinya. “Dasar anak itu, tidak mendengarkan perkataanku.” Kata Bibi.

Hari demi hari, Ojan terus mengejar Doni namun hasilnya tetap sama Ojan selalu kehilangan jejak Doni. Hujan dan panas terik pun tidak menggoyahkan Ojan untuk selalu mengejar Doni. Akhirnya setelah mencapai 3 bulan Ojan tiba di sebuah tempat pembuangan sampah yang besar. Sebuah tempat yang memisahkan perbatasan Kota dan Desa. Tempat yang selalu dipenuhi bau busuk. Dan gunungan sampah besar yang bertumpuk ini adalah tempat semua sampah berkumpul. “Wuaa, bau busuk, tempat apa ini?” Ojan memperhatikan sekelilingnya. Ojan menemukan Doni yang sedang duduk dengan sampah-sampah plastik yang telah dikumpulkannya. Doni berencana untuk menjualnya ke Bank Sampah sebagai penghasilannya untuk hidup membantu Bibi. Ia bersama Angga, “Oiii ,apa yang kalian lakukan? Apakah kau selalu datang ketempat ini? teriak Ojan.   “Jadi , dia Ojan yang kau ceritakan itu? Angga menanyakan kepada Doni. “Iya, tak ku sangka dia membuntutiku sampai ke tempat ini, padahal aku sudah berusaha tidak meninggalkan jejak” Doni pun kesal. “Mengapa kau kesini! Ini pekerjaanku , mengapa kau selalu mengikutiku!” teriak Doni kepada Ojan. “Habisnya tidak ada orang lain yang bisa kuandalkan! Kalau aku tidak mengikutimu, aku akan kesendirian dan sendirian itu rasanya lebih menderita daripada merasakan sakit!!” Ojan menangis. “Apa kau ingin berteman dan hidup bersamaku? Tanya Doni. “Tentu saja!!” Ojan dengan yakin. “Begitu ya? Tapi aku tidak sua anak manja sepertimu” kata Doni. “Aku tidak manja , aku kuat , aku tidak akan merepotkan kalian” Ojan sambil mengusap air mata. “Baiklah kalau begitu,Kenal kan ia temanku Angga” Doni menunjuk Angga “Ya benar namaku Angga, kita akan berteman bersama-sama mengumpulkan sampah-sampah plastik dikota dan disini, kau tidak boleh mengeluh! Mengerti?” “Baik!” jawab Ojan

Seiring mereka selalu bersama mengumpulkan sampah-sampah untuk membantu Kakek dan Bibinya ,mereka menjadi sangat akrab. Namun Angga biasanya akan ikut bersama Doni dan Ojan untuk mengumpulkan sampah sehabis pulang sekolah. Mereka sering bermain dan mengumpulkan sampah-sampah bersama sehingga mereka menjadi seperti saudara.

Ketika matahari terik Ojan,Doni dan Angga mulai kelelahan dan beristirahat dibawah pohon besar dipinggiran kota. Mereka merenggangkan kaki yang telah berjalan mengelilingi kota. Ketika setelah beristirahat merekapun melanjutkan mencari sampah-sampah plastik lagi mengelilingi kota dan melewati pinggiran jalan. “Angga, apa itu kau? Pulanglah kerumah apa yang kau lakukan” seseorang memanggil Angga dari dalam mobil mewah. “Tunggu, Angga ada yang memanggilmu” “Siapa orang itu?” Doni dan Angga menanyakan pada Angga. “Dia salah orang, Ayo pergi!” Angga berlari.

Setelah mengumpulkan sampah-sampah plastik dan menjualnya. Ojan dan Doni menanyakan orang yang memanggil Angga tadi “Ngga, siapa orang tadi?” “Ah, bukan siapa-siapa mungkin salah orang” jawab Angga. “Itu tidak mungkin cepat ceritakan, Ngga. Bukankah tidak boleh ada rahasia di antara kita?” Ojan dan Doni menatap Angga. “......Iyaa, akan kuceritakan! Ah, sebenarnya yang tadi itu adalah ayah ku. Ayahku seorang pengusaha perusahaan di pusat kota.” Angga menunduk. “Siapa?” tanya Ojan . “Ya aku” jawab Angga. “Terus kenapa” Ojan sambil mengupil. “Kan kalian yang nanya!!” Angga pun kesal. “Aku benar-benar terkejut dengan hal ini. Padahal kau adalah anak pengusaha yang kaya, tapi malah bermain bersama kami gelandangan yang kotor.” kata Doni. “Yang mereka pikirkan hanyalah menjaga “posisi” dan “harta” mereka dan tidak pernah memikirkanku, walaupun aku memiliki ayah, aku merasa “seorang diri” padahal aku ingin sekali membantu Ayah mengikuti jejak Ayah sebagai pengusaha yang sukses, namun Ayah sama sekali tidak peduli denganku, dengan bersama kalianlah aku tidak merasakan kesepian lagi.” “Begitu rupanya” Doni yang menyimak Angga. “Sudahlah, Don, Jan  aku harus pulang kerumah dan mungkin Ayah  telah menantiku.” Menunduk lesu pulang kerumah. Ojan dan Doni hanya mengangguk dengan rasa masih heran.

Ayah Angga yang telah mengetahui hal itu marah besar karena Angga bermain bersama dengan Anak-anak yang miskin dan kotor. Angga di kurung di dalam rumah dan tidak boleh kemanapun. Ayahnya menyewa guru untuk mengajar Angga dirumah. Hal itu sangat menjengkelkan bagi Angga ia tidak habis pikir mengapa Ayahnya melarangnya untuk bermain bersama Doni dan Ojan. Angga termenung sendiri di kamarnya. Dan Akhirnya ia menemukan ide untuk membuat usaha sendiri dari sampah-sampah plastik bersama Doni dan Ojan. Mendengar hal itu Ayahnya lantas melarang Angga. “Ngomong apa kamu ini ngga, kamu pasti telah diperalat oleh anak-anak miskin itu kan! “ Bentak ayahnya. Angga lantas cepat merespon “Tidak yah, ini kemauan Angga sendiri , Angga ingin sukses seperti Ayah” jawab Angga. “Pokoknya Tidak , masuk ke kamar!” bentak Ayah Angga. Angga perlahan lesu masuk ke kamar. Namun tidak mematahkan semangat Angga untuk mendirikan usaha. Ketika Ayahnya pergi Angga keluar rumah dengan diam-diam dan menceritakan semua yang telah terjadi padanya dan ia meminta Ojan dan Doni untuk membantunya membangun sebuah usaha yang memanfaatkan sampah-sampah plastik untuk usaha kerajinan tangan dan karya seni. Dengan kekreativan Angga yang mengajarkan Doni dan Ojan untuk membuat sebuah hasil karya  yang baru dan memiliki banyak peminatnya. “Kita bisa membuat suatu usaha sendiri dengan memanfaatkan dan mengelola sampah plastik ini.” Angga meyakini Ojan dan Doni. “Apakah kau serius”Kata Ojan. “ Ya, aku sangat yakin dengan ini. “Bagaimana kita bisa? Kami hanya anak orang miskin dan kotor kami akan menyusahkanmu saja.” Kata Ojan.  Itu tidak penting, yang terpenting kita bersama mengerjakannya. “Kita harus menabung dari sekarang!” Kata Angga kepada Doni

Umur Angga telah 17tahun. Angga tidak ingin lagi terus diam-diam keluar dari rumah agar tidak ketahuan Ayahnya. Akhirnya ia membuat sebuah surat di kamar dan kabur dari rumah. Dengan niat untuk membangun sebuah usaha bersama Ojan dan Doni. Mereka membuat sebuah usaha yang telah direncanakannya dari tahun sebelumnya. Dengan memanfaatkan tabungan masing-masing sebagai modal, usaha mereka mengalami beberapa kali pasang surut. Namun berkat kegigihan dan kerjasama serta kekompakan mereka serta dengan keinginan menjadi pengusaha yang sukses perlahan mendekati. Usaha kerajinan tangan dari hasil pengolahan dan pemanfaatan sampah-sampah plastik mulai dikenal dan diminati banyak orang.

Ayah Angga pun tak ketertinggalan informasi ia mengetahui semua tentang itu dan Ayahnya sangat marah karena Angga masih berhubungan dengan Ojan dan Doni yang berstatus sosial hanya orang miskin yang tak berguna. Ayah Angga berprasangka bahwa Ojan dan Doni akan membalas dendam padanya dengan menyaingi perusahaannya. Namun perkiraan itu salah, saat Ayah dalam keadaan sulit dan mengalami kerugian besar hampir bakrut. Ternyata 3 laki-laki itulah yang membantu Ayah Angga yang mulanya hampir bangkrut dapat stabil kembali. 

Mengetahui hal itu, setelah benar-benar melihat peluang dan bakat dari Angga dan 2 temannya Ojan dan Doni. Ayah Angga menyesal telah berprasangka buruk kepada mereka semua. Ayah Angga langsung mencari keberadaannya dan menemui mereka bertiga . Dengan maksud Ayah Angga ingin meminta maaf dan berencana untuk mengajak bekerjasama mereka bertiga dengan perusahaannya.  Awalnya Ojan, Doni dan Angga hanya terdiam dan terkejut apa yang telah dikatakan Ayah Angga. Namun lama-kelamaan mereka pun kini bersepakat untuk bekerja sama dalam menjalankan bisnis mereka tersebut. Yang dulunya Ayah Angga membenci Ojan dan Doni. Kini pun telah berubah, ayah menyesal dengan apa yang telah dilakukannya di masa lalu. “Dan kini saatnya untuk merubah semuanya untuk menjadi lebih baik, kita adalah keluarga” ungkap mereka.

No comments:

Post a Comment